Uncategorized

No Competitor or Competition.


Oleh : Handi Yan

Suatu pagi di hari Senin ketika lari lari pagi, diantara deru mesin mobil di jalanan dan derap langkah manusia seakan tak mau tertinggal taburan rizki dari sang Ilahi. Kulihat disana mereka saling berlomba membuktikan yang terbaik yang mereka bisa. Semua mengeluarkan ilmu, pengetahuan, kepintaran, kecerdasan, tenaga bahkan mungkin kesaktian dan tenaga dalamnya. Tenaga dalammmm? Emang jaman Mojopait.Hehehe

Diseberang sana kulihat Alexander dengan dasi dan jas terbarunya, keluar dari mobilnya dengan langkah tegap, penuh percaya diri memasuki kantornya sambil melirik sinis Asep mantan sahabat dan mitra kerjanya yang lagi berdagang koran dan majalah.Entah apa yang ada dalam pikirannya.

Sedangkan didepan kelas, terlihat Agus sang profesor yang sedang mengajar dengan penuh keikhlasan dan rendah hati. Berbagi pengetahuan dengan mahasiswa/i nya yang ia anggap sebagai mitra belajar. Dan tentu saja setiap mahasiswa/i nya sangat menghormati professor yang sangat menghormati jalan pikiran orang lain ini.

Diatas gedung lantai 201 dibalik meja kerjanya terdengar Sony sedang mengeluhkan nasibnya sebagai manager lapangan. Yang selalu tertimpa sial mendapat semprotan pait dari boss. Apapun yang ia lakukan selalu kalah hebat dibanding Anita seorang wanita yang awalnya ia anggap tidak tahu apa-apa.

Ya, itulah tadi sedikit cerminan hidup kita, terkadang kita memandang seseorang Cuma dari segi material dan kesuksesan duniawi. Kita tidak lagi mengenal apa itu sahabat Cuma karena perbedaan pendapat yang memisahkan kita dengan pilihan dan konsekwensi masing-masing. ( Asep, Kejujuran yang harus dibayar dengan ketidakpunyaan ).

Sedangkan pilihan yang kita anggap terbaik padahal hanyalah kesemuan belaka. Banyak hakikat terdalam dari setiap makna dan kejadian yang tidak bisa hanya kita maknai dengan logika tanpa mendengarkan suara hati. ( Seeleah kayak lagu ajah,SUARA HATI )

Hanya ketulusan yang akan berbuah manis, jauuuh lebih manis dari apa yang ditanam. Ketika kita menghormati dan memandang dengan hati. Maka kebahagian hati pula yang akan kita dapat. Bukan pujian sesaat yang semu dan tak bermakna apa-apa untuk kita bawa mati. ( Kok jadi ingat MATI mulu yach..Hmmm serem euy. )

Terlalu banyak kesombongan didalam hati ini. Memandang diri jauh lebih baik dari orang sekitar. Padahal tidak ada persaingan didunia ini. Yang ada hanyalah kerjasama mencapai damainya hati dan kesejahteraan dunia dan akhirat. Karena jika ada persaingan hanya satu yang akan menang, hanya ada satu yang akan bahagia dan yang kalah akan menderita.

Dan siap-siap lah merasa kecewa dan menderita ketika kita merasa lebih baik atau yang terbaik. Karena penilaian hanyalah sesuatu yang semu dan sementara. Seperti kata pepatah. Diatas langit masih ada langit, diatas rumah ada enyak jemur pakaian.Halllaaah apaan. 🙂

Dan marilah kita bekerja, belajar dan mengabdi penuh dengan keikhlasan hati yang damai dan nyaman… Mereka bukanlah competitor kita. Mereka adalah mitra kerja dan belajar yang dengan suka rela ataupun tidak akan memberikan feedback dan pengetahuan berharga untuk kita.

Seperti kata pepatah : Jangan takut jika orang tidak mengetahui pengetahuan anda. Tetapi takutlah jika anda tidak mengetahui pengetahuan orang lain. Klo ga salah seeeeh. Maklum saya juga kan mahluk Tuhan yang penuh dengan kekhilapan . Jadi marilah kita memaafkan kesalahan-kesalahan lalu kita dan kemudian kembali bangkit dan melukis karya terbaik untuk kehidupan kita.

Cuma untuk mengingatkan diri sendiri.
Salam IndoDamai and Cerdaz.. 🙂

Related posts

J Krishnamurti – Apakah Kecerdasan [intelligence] itu?

admin

A Tutorial to Setup Windows 8 Defender to Scan On a Schedule

admin

Tolooooong …… ( Reality Show)

admin

Leave a Comment